NYAMUK TRANSGENIK
HERIYANTO (091404001)
M.
IRFAN (091404013)
PEND.
BIOLOGI A 2009
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2012
Nyamuk Transgenik
A.
Nyamuk, Agen Penyebab DBD dan Malaria
Dua kasus terkait dengan nyamuk,
yaitu Demam berdarah dengue (DBD) dan Malaria menjadi perhatian serius
masyarakat dunia.
DBD adalah wabah musiman yang secara berkala menebar ancaman di seluruh wilayah
tropis di dunia, terutama di daerah perkotaan. Sekitar 50-100 juta kasus DBD
dilaporkan setiap tahunnya di seluruh dunia. Di Indonesia pada 2010 lalu, DBD
memakan korban lebih dari 1.300 nyawa, selain menimbulkan biaya perawatan
kesehatan yang sangat besar.
Sedangkan malaria setiap tahunnya menyebabkan 300 juta orang
terjangkit dan sekitar sejuta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit
itu. Sejumlah 90% kasus terjadi di Afrika sub Sahara, di mana seorang anak
meninggal akibat malaria setiap 30 detik. Di Indonesia, secara statistik jumlah
penderita malaria tidak terlalu banyak dibandingkan dengan negara-negara
Afrika, meskipun jumlahnya masih cukup besar. Jumlah pasien malaria tahun 2011
tercatat sebanyak 256.592 orang dengan jumlah kematian 388 orang, menurun dari 2010
yang berjumlah 432 kematian.
Hingga saat ini, tidak ada vaksin atau pengobatan khusus
untuk DBD. Perawatan medis terutama dilakukan dengan mengelola demam dan
memastikan kecukupan cairan tubuh, untuk mencegah komplikasi mematikan.
Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan mengontrol
perkembangan nyamuk pembawa virusnya, yaitu Aedes aegypti, melalui
pembersihan lingkungan dan penerapan insektisida (fogging, bubuk larvisida).
Usaha untuk penanggulangan penyakit malaria juga belum menunjukkan
hal yang menggembirakan. Usaha yang dilakukan diantaranya adalah menggunakan
pestisida pada kelambu, menangkap nyamuk dengan net dan kemudian membunuhnya
dengan cara membakar. Penggunaan pestisida bisa menyebabkan munculnya nyamuk
yang resisten terhadap pestisida, sehingga tidak memungkinkan penggunaan
pestisida yang sama untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan obat anti-malaria
yang kebanyakan tidak efektif karena parasit menunjukan resistensi yang cepat
terhadap obat-obat tersebut, apalagi obat yang dipakai hanya satu jenis. Usaha
lain adalah pengembangan vaksin untuk pencegahan juga dilakukan, namun sampai
saat ini belum ada vaksin yang bisa digunakan.
Dewasa ini tehnologi rekayasa
genetik dilirik untuk mengatasi permasalahan DBD dan malaria. Para ilmuwan
mencoba menciptakan nyamuk transgenik yang akan diintroduksi/dilepaskan ke
dalam lingkungan. Nyamuk dibuat sedemikian rupa sehingga
nyamuk menjadi tahan terhadap parasit Plasmodium atau membunuh parasit tersebut
di dalam tubuhnya. Teknologi ini lebih dimungkinkan lagi karena seluruh genom
dari nyamuk A. gambiae dan parasit P. falciparum baru-baru ini berhasil dibaca
(Nature 3/10/2002 dan Science 4/10/2002).
Nyamuk Transgenik untuk
Penanggulangan DBD.
Nyamuk transgenik Aedes aegypti jantan dikembangkan para ilmuwan
di bawah bendera Oxitec, lembaga penelitian yang didirikan Universitas Oxford.
Harapannya adalah Nyamuk-nyamuk transgenik jantan yang dilepaskan akan mencari
dan mengawini betina A. aegypti di alam liar, bersaing dengan para pejantan
alami. Ketika nyamuk jantan transgenik kawin dengan betina liar, keturunannya
akan melalui tahap larva (jentik), tetapi mati sebagai kepompong sebelum
mencapai dewasa. Dengan berulang-ulang melepaskan pejantan transgenik, maka
populasi nyamuk pembawa virus ini akan berkurang hingga di bawah tingkat
minimum yang diperlukan untuk mendukung penyebaran DBD. Metode ini dianggap
sebagai alternatif insektisida yang lebih aman karena nyamuk jantan tidak
menggigit atau menyebarkan penyakit, dan hanya kawin dengan betina dari spesies
yang sama.
B.
Nyamuk
Transgenik untuk Penanggulangan Malaria.
Penanggulangan Malaria dengan Nyamuk Transgenik adalah
dengan cara introduksi/menyebarkan nyamuk transgenik ke alam bebas. Mereka
berharap nyamuk baru ini akan dapat berkembangbiak dan mengalahkan nyamuk
pembawa penyakit. Nyamuk itu membawa gen yang dapat menangkis infeksi dari
parasit malaria.
Rincian penelitian oleh satu tim di Amerika Serikat ini
diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences
(PNAS). Di laboratorium, nyamuk transgenik dan nyamuk biasa dibiarkan menggigit
tikus yang terinfeksi malaria. Sewaktu nyamuk-nyamuk tersebut berkembang biak,
jumlah nyamuk transgenik yang dapat bertahan hidup lebih banyak dari nyamuk
pembawa penyakit. Setelah sembilan generasi, 70% nyamuk yang ada adalah nyamuk
yang kebal terhadap malaria.
Para ilmuwan juga memasukkan gen GFP (green fluorescent
protein atau protein berpendar hijau) ke nyamuk transgenik sehingga mata nyamuk
berpendar warna hijau. Ini akan memudahkan para peneliti menghitung jumlah
nyamuk transgenik dan membedakannya dari nyamuk biasa.
Para peneliti menyimpulkan bahwa hasil ini memiliki
implikasi penting bagi implementasi pengendalian malaria dengan cara modifikasi
gen nyamuk. Nyamuk transgenik yang memiliki kemampuan mengacaukan pertumbuhan
parasit malaria akan membuat organisme sulit berkembang setelah dimusnahkan
dari satu daerah. Tetapi penelitian itu memiliki tantangan besar, menyebarkan
gen itu dari seekor nyamuk hasil rekayasa genetika ke semua nyamuk di seluruh
dunia bukanlah pekerjaan ringan. Kalau gen itu tidak memberikan keuntungan bagi
nyamuk tersebut, gen tersebut akan hilang.
Nyamuk transgenik secara genetik direkayasa untuk memasukkan
dua sifat baru, yaitu: fluoresensi dan lethality bersyarat. Sifat
fluoresensi bertindak sebagai penanda bagi nyamuk transgenik. Ketika nyamuk
laki-laki transgenik kawin dengan nyamuk betina di alam bebas, sifat lethality
bersyarat akan diteruskan kepada keturunannya dan larva nyamuk yang dihasilkan
akan mati.
C.
Hasil Penelitian Para Ahli/Ilmuwan
Seperti yang dilaporkan
oleh grup yang dikepalai oleh Marcelo Jacobs-Lorena dari Case Wesrtern
Reserve University, Amerika Serikat, mereka berhasil membuat nyamuk
transgenik Anopheles stephensi, dimana di dalam usus nyamuk dimasukan gen dari
peptida SM1 yang berfungsi membunuh nyamuk (Nature 23/5/2002). Dari hasil
percobaan ditemukan bahwa gen yang dimasukkan stabil dan menghasilkan peptide
SM1. Dan nyamuk transgenik ini mampu menekan pertumbuhan parasit P. berghei,
parasit yang menyebabkan malaria pada tikus, sampai 94%.
Andrea Crisanti dan
koleganya dari Imperial College London, Inggris
juga membuat Anopheles stephensi transgenik dengan mamasukan gen dari elemen
Minos (elemen yang bisa dipindahkan atau transposable element yang berasal dari
lalat Drosphila hydei) ke dalam gen A. stephensi dengan menggunakan gen loncat
(jumping gen) transposon (Science 21/2/2003 dan Nature 22/6/2000). Namun mereka
baru menyelidiki kestabilan gen Minos yang dipindahkan dan efek pemindahan
tersebut terhadap kehidupan nyamuk transgenik.
Selain itu, M. Q.
Benedict dkk dari Centers for Disease Control and Preventation (CDC), Amerika
Serikat, telah membuat A. gambiae transgenik dengan mamasukan gen dari
transposable element piggyBac (elemen yang diisolasi dari sel serangga
Trichoplusia ni) ke dalam gen A. gambiae dengan menggunakan transposon (Insect
Molecular Biology no.10, 2001). Tetapi mereka juga baru pada tahap pengujian
kestabilan gen yang dimasukan.
Penelitian nyamuk
transgenik untuk pengontrolan malaria ini masih baru. Penelitian ini baru
dimulai sejak tahun 2000, walaupun idenya sudah ada sejak 30 tahun yang lalu.
Walaupun demikian, cara ini cukup memberikan harapan karena seperti yang
dibuktikan oleh Marcelo Jacobs-Lorena dkk, mereka telah berhasil
menciptakan A. stephensi yang bisa membunuh P. berghei.
D. Sumber-sumber:
http://ggfw.blogspot.com/2010/12/nyamuk-transgenik-tingkatkan-risiko.html
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd/
http://www.kamusilmiah.com/biologi/nyamuk-transgenik-strategi-baru-pengontrol-malaria/
http://www.sehatnews.com/2012/04/25/tak-banyak-penderita-malaria-di-indonesia-tapi-jumlahnya-besar/
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd/
http://ggfw.blogspot.com/2010/12/nyamuk-transgenik-tingkatkan-risiko.html
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd/
http://www.kamusilmiah.com/biologi/nyamuk-transgenik-strategi-baru-pengontrol-malaria/
http://www.sehatnews.com/2012/04/25/tak-banyak-penderita-malaria-di-indonesia-tapi-jumlahnya-besar/
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar