Senin, 11 Maret 2013

AMOEBA

A. AMOEBA
Amoeba merupakan salah satu genus di dalam class Rhizopoda atau Sarcodina, dan digolongkan dalam ordo Amoebida (Lobosa).
Ciri dan struktur
- Bentuk amoeba tidak tetap dan tidak beraturan, protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu ektoplasma di lapisan luar yang tak berwarna dan endoplasma di bagian tengah yang terdiri dari sitpolasma bergranula.
- Di dalam endoplasma terdapat vacuola kontraktil, inti dan vacuola makanan yang berjumlah satu atau dua.
- Inti pada amoeba hidup agak sulit dilihat dengan mikroskop, sedangkan pada preparat awetan mudah terlihat. Pada amoeba muda, inti berbentuk bikonkaf, sedangkan inti pada dewasa berbentuk lipatan dengan letak berubah-ubah karena pergerakannya.
- Reproduksi aseksual dengan cara pembelahan biner.
  Alat pergerakan berupa pseudopodia, dengan ukuran diameter tubuh 0.25 mm
Cara gerak Amoeba
Teori yang berkembang mengenai cara gerak amoeba adalah teori viskositas. Tubuh amoeba terdiri dari 4 bagian berdasarkan struktur kekentalan dan lapisannya yaitu :
a. bagian tengah yang disebut plasmasol 
b. bagian luar dari bagian tengah, mengelilingi plasmasol disebut plasmagel. Bersifat padat dan elastis. 
c. bagian tipis di luar plasmagel yang disebut plasmalema 
d. bagian antara plasmagel dan plasmalema yaitu lapisan hyalin. Lapisan plasmalema dan lapisan hyalin adalah sebagai ektoplasma, sedangkan plasmasol dan plasmagel termasuk endoplasma 

Teori viskositas menjelaskan bahwa mekanisme pergerakan dimulai dari proses gelasi (pengentalan dan pamadatan cairan) dari plasmasol di bagian anterior. Selanjutnya terjadi proses solasi (pengenceran) dari plasmagel di bagian posterior yang diikuti kontraksi plasmagelnya di ujung posterior. Dengan demikian plasmagel di bagian tengah terdorong ke arah depan dan bergerak menyentuh plasmalema. Tetapi karena ada lapisan hyalin (yang bersifat gel) maka plasmasol tidak mencapai ujung depan, hanya mendorong yang menyebabkan plasmalema terdorong ke depan dan bergerak.
Habitat
Amoeba hidup bebas di perairan air tawar seperti di kolam, aliran air, rawa lumpur, sawah, di tumbuhan yang membusuk atau kolam teratai. 
B. PARAMECIUM
Genus Paramecium termasuk ke dalam class Ciliata, di bawah ordo Holotricha. Menurut cara makannya classes ciliata terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kelompok raptorial, dapat memburu dan menelan mangsanya, yang kadang-kadang dapat berukuran lebih besar dari pada ciliata raptorial tersebut. 
2. Kelompok penghasil aliran, dapat menangkap makanan dengan pertolongan aliran. Paramecium tergolong kelompok ini, dengan getaran silium yang tetap pada bagian sitofaring akan menimbulkan aliran air ke arah sitofaring yang akan membawa makanan. Vacuola makanan akan terbentuk di bagian ujung posterior sitofaring. Makanan paramecium berupa bakteri dan protozoa lainnya. Gambar proses pencernaan makanan pada Paramecium dapat dilihat pada gambar berikut : 
Ciri dan struktur Paramecium 
Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang mengandung lekuk muluk (peristoma yang melanjutkan diri sebagai sitofaring) disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi aboral atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak jernih adalah bagian ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian (lapisan) endosark.
Reproduksi
Reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan biner dengan diselingi oleh proses konjugasi.
Habitat 
Paramecium hidup bebas di perairan air tawar yang mengandung banyak bakteri. Medium untuk mengkultur paramecium di laboratorium adalah rendaman air jerami. Paramecium dapat ditemui di sekitar tetesan air atau reruntuhan, tampak sebagai benda kecil yang mengalir jika dilihat di bawah mikroskop.
Cara gerak Paramecium
Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggunakan silium ke arah depan dan belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka tubuhnya bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat silium pada lekuk mulut.
Euglena 
Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil.
Euglena dapat hidup secara autotrop  maupun secara heterotrop. Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.
a. Perkembangbiakan Euglena
Euglena berkembangbiak secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan membelahnya nukleus menjadi dua. Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi menjadi dua. Akhirnya terbentuklah dua sel euglena baru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar