Senin, 11 Maret 2013

AMOEBA

A. AMOEBA
Amoeba merupakan salah satu genus di dalam class Rhizopoda atau Sarcodina, dan digolongkan dalam ordo Amoebida (Lobosa).
Ciri dan struktur
- Bentuk amoeba tidak tetap dan tidak beraturan, protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu ektoplasma di lapisan luar yang tak berwarna dan endoplasma di bagian tengah yang terdiri dari sitpolasma bergranula.
- Di dalam endoplasma terdapat vacuola kontraktil, inti dan vacuola makanan yang berjumlah satu atau dua.
- Inti pada amoeba hidup agak sulit dilihat dengan mikroskop, sedangkan pada preparat awetan mudah terlihat. Pada amoeba muda, inti berbentuk bikonkaf, sedangkan inti pada dewasa berbentuk lipatan dengan letak berubah-ubah karena pergerakannya.
- Reproduksi aseksual dengan cara pembelahan biner.
  Alat pergerakan berupa pseudopodia, dengan ukuran diameter tubuh 0.25 mm
Cara gerak Amoeba
Teori yang berkembang mengenai cara gerak amoeba adalah teori viskositas. Tubuh amoeba terdiri dari 4 bagian berdasarkan struktur kekentalan dan lapisannya yaitu :
a. bagian tengah yang disebut plasmasol 
b. bagian luar dari bagian tengah, mengelilingi plasmasol disebut plasmagel. Bersifat padat dan elastis. 
c. bagian tipis di luar plasmagel yang disebut plasmalema 
d. bagian antara plasmagel dan plasmalema yaitu lapisan hyalin. Lapisan plasmalema dan lapisan hyalin adalah sebagai ektoplasma, sedangkan plasmasol dan plasmagel termasuk endoplasma 

Teori viskositas menjelaskan bahwa mekanisme pergerakan dimulai dari proses gelasi (pengentalan dan pamadatan cairan) dari plasmasol di bagian anterior. Selanjutnya terjadi proses solasi (pengenceran) dari plasmagel di bagian posterior yang diikuti kontraksi plasmagelnya di ujung posterior. Dengan demikian plasmagel di bagian tengah terdorong ke arah depan dan bergerak menyentuh plasmalema. Tetapi karena ada lapisan hyalin (yang bersifat gel) maka plasmasol tidak mencapai ujung depan, hanya mendorong yang menyebabkan plasmalema terdorong ke depan dan bergerak.
Habitat
Amoeba hidup bebas di perairan air tawar seperti di kolam, aliran air, rawa lumpur, sawah, di tumbuhan yang membusuk atau kolam teratai. 
B. PARAMECIUM
Genus Paramecium termasuk ke dalam class Ciliata, di bawah ordo Holotricha. Menurut cara makannya classes ciliata terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kelompok raptorial, dapat memburu dan menelan mangsanya, yang kadang-kadang dapat berukuran lebih besar dari pada ciliata raptorial tersebut. 
2. Kelompok penghasil aliran, dapat menangkap makanan dengan pertolongan aliran. Paramecium tergolong kelompok ini, dengan getaran silium yang tetap pada bagian sitofaring akan menimbulkan aliran air ke arah sitofaring yang akan membawa makanan. Vacuola makanan akan terbentuk di bagian ujung posterior sitofaring. Makanan paramecium berupa bakteri dan protozoa lainnya. Gambar proses pencernaan makanan pada Paramecium dapat dilihat pada gambar berikut : 
Ciri dan struktur Paramecium 
Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang mengandung lekuk muluk (peristoma yang melanjutkan diri sebagai sitofaring) disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi aboral atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak jernih adalah bagian ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian (lapisan) endosark.
Reproduksi
Reproduksi dilakukan dengan cara pembelahan biner dengan diselingi oleh proses konjugasi.
Habitat 
Paramecium hidup bebas di perairan air tawar yang mengandung banyak bakteri. Medium untuk mengkultur paramecium di laboratorium adalah rendaman air jerami. Paramecium dapat ditemui di sekitar tetesan air atau reruntuhan, tampak sebagai benda kecil yang mengalir jika dilihat di bawah mikroskop.
Cara gerak Paramecium
Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggunakan silium ke arah depan dan belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka tubuhnya bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat silium pada lekuk mulut.
Euglena 
Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil.
Euglena dapat hidup secara autotrop  maupun secara heterotrop. Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.
a. Perkembangbiakan Euglena
Euglena berkembangbiak secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan membelahnya nukleus menjadi dua. Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta selaput sel juga terbagi menjadi dua. Akhirnya terbentuklah dua sel euglena baru.


Minggu, 10 Maret 2013


ABSTRAK
Asam Glutamat merupakan salah satu jenis asam amino yang dihasilkan oleh mikrobia tertentu, misalnya: Micrococcus glutamicum atau Corynebacterium glutamicum. Selain mikroorganisme tersebut, asam glutamate dapat juga diproduksi oleh   Brevibacterium circulars, Brevibacterium megaterium, B. circus, B. divanicatum, B. flavum, B. flavum, dan B. laktofermantum.
Asam Glutamat digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan MSG (Monosodium Glutamat) melalui proses fermentasi. Jalur yang digunakan adalah EMP (Embden Meyerhoof Partnas) dan HMS (Hexosa Monofosfat Shunt), dan langkah awal siklus krebs. yaitu dengan mengubah glukosa menjadi asam glutamate dengan enzim L-glutamat dehidroginase.
MSG dewasa ini produksinya sudah dibatasi. Hal ini disebabkan efeknya yang kurang baik bagi kesehatan. Penelitian dari Jepang, membuktikan bahwa seekor burung yang diberi konsumsi MSG pada makanannya terdeteksi menderita kanker otak.









I.     JUDUL:  Produksi Asam Amino  (Asam Glutamat)

II.     Latar Belakang

Dewasa ini, setiap perkembangan ilmu yang dihasilkan manusia pasti diikuti dengan penerapannya dalam kehidupan. Ilmu tersebut dikembangkan dengan metode ilmiah dan diterapkan dalam bentuk teknologi. Bioteknologi  tidak hanya berkembang pada akhir-akhir ini saja. Perkembangan bioteknologi telah melalui sejarah yang panjang sebelum manipulasi genetic mulai berkembang. Bioteknologi telah dikenal dan dilakukan oleh masyarakat tradisional
Walaupun tanpa sebutan bioteknologi. Bioteknologi tradisisonal merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroba. Salah satu aplikasi dari bioteknologi tradisional produksi asam amino yang secara substansialnya akan dibahas mengenai Produksi asam glutamat (MSG) dengan menggunakan Micrococcus glutamicum atau Corynebacterium glutamicum.

III.     TUJUAN
Tujuan dari produksi asam glutamate (MSG) yang berorientasi pada produksi asam
amino yaitu:
1.    Proses pembentukan asam Glutamat (MSG) dengan bantuan bakteri
2.    Bakteri yang terlibat dalam proses pembentukan asam glutamat (MSG)
3.    Teknik yang digunakan dalam pembentukan asam glutamate (MSG)

IV.     MANFAAT

Manfaat dari produksi asam glutamate (MSG) dapat mengetahui dengan baik:
1.   Proses pembentukan asam Glutamat (MSG) dengan bantuan bakteri
2.   Bakteri yang terlibat dalam proses pembentukan asam glutamat (MSG)
3. Teknik yang digunakan dalam pembentukan asam glutamate (MSG)

V.      KAJIAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Asam Glutamat
Sampai sejauh ini asam glutamate adalah asam amino yang paling komersial untuk memproduksi monosodium glutamat atau MSG senbagai penyedap rasa. Produksi dunia MSG hanya dihasilkan melalui tekhnik fermentasi. Atau dengan kata lain memamanfaatkan jasa mikrobia.
Monosodium Glutamat diperoleh dengan pengkristalisassian asam glutamate  yang dihasilkan oleh bakteri tertentu. Asam glutamate sendiri sejenis asam amino yang dihasilkan melalui proses metabolisme glukosa dengan menggunakan jalur  Embden Meyerhof dan langkah awal siklus krebs.
MSG atau yang lebih sering kita kenal dengan nama vetsin, dewasa ini produksinya sudah dibatasi. Hal ini disebabkan efeknya yang kurang baik bagi kesehatan. Konsumsi MSG yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit alergi, menurunnya daya ingat , dll.  Penurunan daya ingat disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Bahkan dari penelitian ilmuan di Jepang, membuktikan bahwa bahwa seekor burung yang diberi konsumsi MSG pada makanannya terdeteksi menderita kanker otak.

B.     Produksi Asam Glutamat
            Banyak genus yang dapat menghasilkan asam glutamate yang tinggi, misalnya Micrococcus, Corynebacterium, Brevibacterium dan Mico bacterium. Pembentukan asam glutamate dapat dilakukan dengan menggunakan Micrococcus glutamicum yang kemudian dikenal dengan nama Corynebacterium glutamicum. Reaksi yang terjadi dalam produksi asam gultamat adalah sebagai berikut:
1.      Metabolisme Glukosa melalui jalur EMP (Embden Meyerhoof Partnas) dan HMS (Hexosa Monofosfat Shunt)
2.      Pada laju aerasi yang rendah, jalur EMP lebih dominan sehingga Asam Laktat lebih terakumulasi jika dibandingkan daripada Asam Glutamat.
3.      Dengan udara cepat, Sistem HMS akan dominan sehingga asam glutamate akan terakumulasi. Setelah asam glutamate terbentuk, maka mikroorganisme hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk menguraikan produk yang terjadi.

A.     Sistem HMS (Hexosamonofosfat Shunt)
            Pada sistem HMS, glukosa dioksidasi menjadi glukonat. Dari 6-phosphoglukonat dan ribose 5-phosfat terbentuklah piruvat dan asetat. Mikroorganisme ini tidak dapat mensintesis asam glutamate dari piruvat dan laktat, tetapi dapat memproduksi asam glutamate dari malat dan sitrat. Malat dihasilkan dari reaksi enzim, karena asam dengan 4 karbon dibutuhkan untuk pembentukannya. Asam sitrat dibentuk dari asetat dan oksalat kemudian dioksidasi menjadi asam glutamate melalui NADP-dehidrogenasie khusus, misalnya isositrat-dehidrogenase dan L-glutamat dehidrogenase yang terhadap dalam ion ammonium.

B.     Jalur Embden Meyerhof dan Langkah Awal Siklus Krebs.
            Jalur utama produksi asam glutamate adalah dari glukosa adalah memlalui jalur  Embden Meyerhof dan langkah awal siklus krebs.
Glukosa

Gluosa-6-Phospat

Fruktosa-6Phospat

Fruktosa-1,6-Diphospat

Dihidroksi aseton Phospat                                    Gliseral aldehida-3-Phospat

1,3 Dipospogliserat

3 pospogliserat

2 phospogliserat

                CO2                          Pospoenolpiruvat


                                                                                               Piruvat

Oksaloasetat                                                                                         CO2

                                                                                               Asetil CoA

Sitrat

Cis-Akonitat biasa

Isositrat     

                                                                           CO2
α-ketoglutarat

                                                                                          NH4
Glutamat
Selain mikroorganisme tersebut diatas, asam glutamate dapat diproduksi oleh   Brevibacterium circulars, Brevibacterium megaterium, B. circus, B. divanicatum, B. flavum, B. flavum, B. laktofermantum dan lain sebagainya.
C.  Produksi MSG (Monosodium Glutamat)
1.      Proses pembuatan
Proses produksi MSG dalam skala industri berkembang dengan pesat setelah penemuan bakteri Corynebacterium glutamicum. Setelah tahun 1962 Jepang menemukan bakteri Brevibacterium flavum dan Brevabacterium laktofermentum yang kini banyak digunakan. Pertama-tama biakan liofil yang telah diinokulasikan ke dalam medium tangki starter. Penururnan pH akibat terbentuknya asam pada prosese pembuatan prastarter tida diinginkan, karena akan mengubah pola pertumbuhan. Oleh karena itu untuk mencegah agar pH tidak turun lebih rendah dari 7. Untuk itu ke dalam tabung labu prastarter perlu dimasukkan CaCO3 sebanyak 3%. Di dalam tangki pembibitan, penggunaan CaCO3 tidaklah mungkin karena akan menimbulkan efek samping berupa kerak dan endapan, dan juga akan mempengaruhi pertumbuhan dari mikroorgansme. Untuk mencegah turunnya pH dan menggantikan fungsi CaCO3 maka ke dalam tangki pembibitan dimasukkan urea. Nilai pHyang tertinggi yang terjadi akibat peruraian urea diharapkan tidak lebih tinggi dari 7,4 karena pH optimum untuk  B. Flavum adalah 7,0 sedangakan pH terendah diharapkan tidak kurang dari 6,8.

2.      Kristalisasi monosodium glutamate
Kristal murni asam glutamat yan berasal dari proses pemurnian asam glutamate digunakan sebagai dasar pembuatan MSG. asam glutamate yang dipakai dalam proses ini harus mempunyai kemurnian lebih besar dari 95 %, sehingga bias didapatkan MSG yang berkualitas baik. Untuk mengubah asam glutamate menjadi MSG, Kristal tersebut dilautkan dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH atau NaHCO3 sampai PH menjadi 6,6-7. Pada keaadan ini asam glutatamat sudah bereaksi dengan Na+ dan membentuk larutan MSG. Larutan ini mempunyai derajat kekentalan sekitar 26-280 BE pada suhu 300 c dengan konsentrasi MSG antara 52-55 gr/L  larutn. Untuk lebih menjernihkan cairan mSG ang berwarnah kuning jernih dan juga untuk menyerap kotoran lainnya ke dalam caira ini, ditambahkan arang aktif sebanyak 5% b/p. kemudian diaduk dan didiamkan selama satu jam untuk lebih menyempurnakan proses penyerapan warna dan impurity lainnya. Arang aktif ini kan bekerja lebih baik pada pH di bawah netral. Hal ini dikarenakan pH larutan asam glutamate yang dinetralkan diatur di bawah pH netral. Cairan berisi arang aktif dan MSG kemudian disaring dengan menggunakan vakum filter dan menghasilkan filtrate serta cake yang berisi arang aktifdan inpurity lainnya. Jika kekeruhan dan warna dari filtrate tersebut siudah sesuai dengan yang diinginkan, maka cairan ini bias dikristalkan. Kristalisator hampa udara banyak digunakan untuk pengkristalan ini. Setelah cairan mSG tersebut memiliki kekentalan 260 BE, larutan ini kemudian diuapkan pada kondisi vakum  64 cm Hg atau setara dengan temperature didih 600 C. pemekatan dilakukan sampai konsentrasi 68-69 gram MSG/Liter larutan. Karena cairanb sudah mencapai fase jenuh, maka pemberian umpan akan menyebabkan terbentuknya MSG. Umpan yang diberikan sekitar 2%. Inti Kristal yang terbentuk ini secara perlahan-lahan akan diikuti dengan pemelatan larutan sehingga didapat Kristal yang lebih besar. Proses kristalisasi ini berlangsung sekitar 14 jam.
            Kristal MSG yang dihasilkan dari proses ini dipisahkan dengan metode sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil pentyringan dikembalikan pada proses pemucatan. Kristal MSG yang dihasilkan dsetelah disaring dikeringkan dengan uap panas dalam lorong pengering, kemudian  diayak dengan ayakan bertingkat sehingga didapat tiga ukuran Kristal, yaitu: LLC (Long Large Crystal), LC (Long Crystal),Kristal. dan RC regular . sefangkan fine crystal yang merupakan Kristal yang kecil dikembalikan pada proses sebagi umpan. Hasil MSG yang sudah diayak dalam bentu kering tesebut selanjutnya dimasukkan ke dalam karung plastic berukuran 50 kg atau sesuai dengan yang diinginkan untuk kemudian disimpn sementara dalam gudang penyimpanan sebelum digunakan untuk keperluan dan tujuan lainnya.    

 VI.         PENUTUP
A.    Kesimpulan
        Dari makalah yang telah kami buat, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Asam Glutamat merupakan bahan utama dalam pembuatan MSG (Monosodium Glutamat) yang dihasilkan oleh mikrobia tertentu (Corynebacterium glutamicum  dan . Micrococcus glutamicum) melalui proses fermentasi.
2.      Jalur yang digunakan adalah EMP (Embden Meyerhoof Partnas) dan HMS (Hexosa Monofosfat Shunt), yaitu dengan mengubah glukosa menjadi asam glutamate dengan enzim L-glutamat dehidroginase.
3.      Produksi MSG dewasa ini dibatasi karena terbukti menimbulkan gangguan kesehatan.

B.     Saran
      Kajian pustaka yang lebih banyak lagi demi kesempurnaan makalah yang dibuat.

PERAN BAKTERI

Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

1. Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia colie).

2. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.

3. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.

4. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.

5. Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif,Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri.

6. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium acetobutylicum

7. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya methanobacterium

8. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.


Bakteri yang merugikan sebagai berikut :

1. Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum
2. Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium tuberculosis ( penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra )
3. Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis (penyebab penyakit antraks pada sapi )
4. Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan)

A.DESKRIPSI
Amaranthaceae (bayam-bayaman) merupakan jenis tumbuhan herba, jarang ada yang bersemak, maupun berkayu. Pada sebagian spesies memiliki daun tunggal, letaknya tersebar dan saling berhadapan serta tidak memiliki stipula. Bunga berukuran kecil dan tunggal serta sering kehijau-hijauan. Ada yang bersifat bisexual dan ada pula yang unisexual. Bunga terdiri atas sepal 3-5, bebas atau berlekatan. jumlah stamen 5 dan berhadapan dengan sepal, serta filament bersatu pada dasar dan membentuk buluh pendek. Pistillum dengan 2-3 carpel, 1 ruang, ovule 1, ovarium superior, jumlah stylus 1-3 buah, stigma sama banyak dengan carpel. Buah berbentuk kapsul, bacca atau nux. Biji berbentuk bulat dengan endosperm.
Amaranthaceae adalah jenis tumbuhan yang banyak digunakan sebagai sayuran, akan tetapi banyak pula yang ditanam sebagai tanaman hias. tumbuhan ini semuanya memiliki bunga yang beragam dan tergantung dari jenis spesies maupun genusnya. Selain itu, memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda pula pada tiap genusnya.
B.CIRI-CIRI UMUM
Tumbuhan Amaranthaceae atau bayam-bayaman adalah sejenis tumbuhan yang memiliki bunga pada kuncup aksial maupun terminal. Didalam bunga tersebut terdapat biji berwarna hitam ketika bunga sudah mulai tua. Amaranthaceae memiliki ciri khusus yaitu berbatang hijau dan merah serta berair. Dan pertumbuhannya terbatas, hanya berkisar 20-150 cm. Salah satu spesiesnya (Amaranthus spinosus) mempunyai ciri yang berbeda dari spesies yang lain yaitu memiliki batang yang berduri.
1.Batang
Berbentuk tabung, berwarna hijau maupun merah dan berair. Ada yang berbulu dan ada pula yang licin.
2.Daun
Daun melekat langsung pada batang dan tangkai. Tiap daun pada spesies yang berbeda akan berbeda pula. Ada yang berdaun lebar dan ada pula yang berdaun sempit. Berdaun tunggal, tersebar, berhadapan, tanpa stipula, kadang-kadang ada yang bersifat sukulen.
3.Bunga
Warna bunga bermacam-macam pada spesies yang berbeda. Dalam satu bunga hanya terdapat satu (unisexual) atau dua (bisexual) jenis kelamin. Ukuran bunga kecil, tunggal, dan sering berwarna hijau, kuning, pink dan ungu.
?
C.SPESIES
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Caryophillales
Familia : Amaranthaceae
Genus : Alternanthera, Amaranthus, Gomphrena, Iresine, Spinacia.
Species                 : Alternanthera sessilis, Amaranthus gracilis, Amaranthus hybridus, Amaranthus spinosus, Amaranthus tricolor, , Celosia argentea, Gomphrena globosa, Iresine herbstii, Spinacia oleracea.

D. KUNCI DETERMINASI
" Kunci determinasi menuju genus
1). a.Batang berbuluナ(2)
     b.Batang berduriナ(amaranthus)
2). a.Bunga berwarna unguナ(gomphrena)
     b.Bunga berwarna putih ナ(3)
3). a.Pinggiran daun rataナ(4)
     b.Daun berlekuk ナ(alternanthera)
4). a.Pinggiran daun berombakナ(Iresine)
     b.Daun tidak berlekukナ(Spinacia)
" Kunci determinasi menuju species
1) a.  Batang lunak, putih .....(2)
b. Batang berbulu.... (Amaranthus hybridus)
2) a. Bentuk daun lanset (Amaranthus gracilis)
b. bentuk daun oval .... (3)
3) a. Bunga bulir, aksilar .....(4)
b. Bunga bulir ,terminal (Celosia argentea)
4) a.Batang licin (Amaranthus tricolor)
b. Batang berduri (Amaranthus spinosus)

1. Alternanthera sessilis
   
       (Batang dan daun)     (Bunga)      (Biji)

     (Batang)
Alternanthera sessilis merupakan tanaman terna tahunan, tinggi sekitar 50-70 cm, batang tumbuh tegak dan ada pula sebagian batang yang merayap. Batang bercabang. Tumbuhan ini banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias tanaman ini memiliki pertumbuhan yang cepat. Banyak juga digunakan sebagai tanaman pencegah erosi pinggiran teras, namun dapat memberi pengaruh buruk pada tumbuhan disekitarnya. Bayam ini dapat ditemukan di tempat-tempat basah atau lembab maupun kering.
Tumbuhan ini memiliki bentuk batang yang bulat dan berwarna agak hijau kemerah-merahan, bentuk daun lonjong dan berwarna hijau. Bunga terletak pada kuncup ketiak maupun kuncup terminal dengan warna putih keungu-unguan.
2.Amaranthus gracilis (bayam putih)
   
         (Bayam putih)      (Daun)       (Batang)
 
       (Biji)     (Bunga)
Kandungan asam folat dan asam oksalat membuat bayam putih bisa dipakai untuk membantu mengatasi berbagai macam masalah. Misalnya menurunkan kadar kolesterol, mencegah sakit gusi, mengobati eksim, asma, untuk perawatan kulit muka, kulit kepala, dan rambut. Yang paling terkenal adalah mengobati rasa lesu dan kurang bergairah sebagai tanda kurang darah.
Lebih dari itu, serat yang cukup tinggi pada bayam ini yang membuat sayuran ini bagus untuk pencernaan kita. Dengan demikian, penyakit seperti sembelit, jantung, stroke, dan persoalan mengenai tekanan darah dan pembuluh darah bisa diatasi.
3. Amaranthus hybridus (bayam kakap)
     
       (Daun dan batang)            (Bunga)  (Biji)
   
     (Daun)   (Bunga) (Batang)
Amaranthus hybridus ini sangat bergizi dan memiliki banyak manfaat kesehatan. Bayam kakap mendukung fungsi perut, usus besar dan hati.Hal ini terutama berguna untuk mengurangi sembelit untuk orang tua. Bayam kakap ini mengandung vitamin A, B1, C dan mineral seperti besi, kalsium dan fosfor. Amaranthus hybridus adalah jenis tanaman berbunga tahunan. Ini adalah spesies yang banyak ditemukan di Amerika Utara dan diperkenalkan ke Eropa dan Eurasia.
Amaranthus hybridus tumbuh dari akar pendek dan bisa sampai 1,2 m tingginya. Ini adalah jenis bayam dengan ciri-ciri khusus yaitu memiliki batang tanaman yang  berbulu.
Amaranthus hybridus awalnya tanaman pionir di Amerika Utara. Dan sekarang Telah ditemukan di setiap negara kecuali Wyoming, Utah, dan Alaska. Hal ini juga ditemukan di berbagai provinsi di Kanada, dan di beberapa bagian Meksiko, Hindia Barat, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
4.Amaranthus spinosus
     
              (Bunga)      (Batang)          (Biji)
 
               (Daun)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan terna dan mempunyai batang basah, tingginya dapat mencapai 1 meter. Sebagai tanda khas dari species ini yaitu pada batang, tepatnya di pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai bayam duri. Bentuk daunnya berbentuk bulat telur (Ovatus) dan berwarna hijau. Bunganya berbentuk bunga bongkol, berwarna hijau muda atau kuning. Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar matahari dengan suhu udara antara 25 - 35 derajat celcius.
Bayam duri dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, dan banyak mengandung garam fosfat, zat besi, serta Vitamin A, C, dan B6.
Ciri-ciri tumbuhan bayam ini yaitu:
1) Tumbuh tegak, tinggi berkisar 30 - 100 cm.
2) Batang berwarna hijau atau kekuningan, batang bercabang dan berduri.
3) Daun tunggal, letak berselang-seling, bentuk daun bundar telur (Ovatus) dan sedikit memanjang memanjang, tepi rata kadang beringgit (Crenatus), panjang 1,5 -6 cm, lebar 1 - 3 cm dan berwarna hijau.
4) Pada ketiak daun terdapat sepasang duri keras yang mudah lepas.
5) Biji bulat kecil dan hitam.
5.Amaranthus tricolor
   
      (Daun)      (Bunga)     (Batang)
Merupakan herba tahunan, tumbuh tegak / agak condong, batang lemah dan berair, tinggi 0,4-1 m dan bercabang. Warna batangnya hijau, demikian pula dengan warna daun. Bayam cabut dapat hidup lebih dan satu tahun. Daun ada yang bulat lebar dan ada yang ujung daunnya runcing. Batang hijau dan mempunyai bunga yang keluar dari cabang. Bunga merupakan rangkaian panjang, terkumpul pada ujung batang berbentuk bulir. Bayam ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, terutama ibu hamil dan menyusui, anak dalam pertumbuhan, kaum  pekerja.
6.Celosia argentea (jengger ayam)
 
  (Celosia argentea)         (Daun dan bunga)
Tanaman bayam ini berasal dari Amerika tropik dan mudah tumbuh dan tersebar di daerah tropis dan subtropics di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri bayam ini dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 40-100 cm, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak panas.
Bayam jenis ini mempunyai ciri-ciri yaitu : batang lemah dan berair, daun berbentuk bulat telur, panjang 5-8 cm, ujung meruncing, pangkal runcing dengan tepi rata. Pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk berbentuk bulir  tebal berdaging. Bagian atas melebar seperti jengger ayam jago berlipat - lipat dan bercabang keluar diujung batang.
Khasiat dari bayam merah adalah dapat meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Akar bayam merah berkhasiat sebagai obat disentri. Bayam termasuk sayuran berserat yang dapat digunakan untuk melancarkan proses buang air besar. Makanan berserat sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita kanker usus besar, penderita kencing manis (diabetes mellitus), kolesterol, darah tinggi dan menurunkan berat badan.
7.Gomphrena globosa
   
       (Gomphrena globosa)          (Daun)          (Bunga)
Gomphrena globosa merupakan tanaman tahunan yang tumbuh setinggi 1-2 kaki atau 0,3-0,6m  dengan lebar sekitar 0,2-0,3 m. Batang tegak memiliki daun yang lebat. daun memiliki panjang sekitar 5-10 cm, dan berbulu putih ketika masih muda. Bunga-bunga memiiki warna yang agak mencolok. Mahkota tipis yang membentuk sebagian besar struktur yang berwarna-warni dan berwarna putih, dan ungu.
Bayam ini berasal dari Panama dan Guatemala di Amerika Tengah. Bayam ini sangat cocok ditanam di daerah atau di tempat yang memiliki cuaca panas dan kering. Dengan penyinaran cahaya matahari yang cukup.
8.Iresine herbstii
   
         (Iresine herbstii)                (Daun)                 (Batang)
   
            (Bunga)          (Batang)
Iresine herbstii merupakan salah satu spesies dari keluarga bayam-bayaman yang meiliki bentuk batang berwarna merah muda, begitupun dengan warna daun, sehingga tampak sangat mencolok. Bayam ini dapat tumbuh sampai sekitar 0,7 m. dan banyak tumbuh di daerah yang memiliki kondisi cuaca lembab namun dapat bertahan di daerah yang agak kering. Daun berbentuk agak jorong (Ovalis) dengan pinggiran berombak (Repandus). Biasanya terdapat bunga pada bagian kuncup terminal.
9.Spinacia oleracea
   
       (Spinacia oleraceae)     (Batang)    (Bunga)

               (Daun)
Bayam Spinacia adalah tumbuhan yang banyak digunakan daunnya sebagai sayuran. Bayam Spinacia ini tidak sesuai untuk iklim tropik karena cepat berbunga dan tidak tumbuh banyak daun sehingga daunnya yang sering dimanfaatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi
Spinacia oleracea adalah jenis bayam yang memiliki tangkai daun yang panjang sehingga daun tampak jauh dari batang. Selain itu, daun berwarna hijau dan memiliki bulu-bulu halus berwarna putih. Bayam jenis ini merupakan bayam yang pertumbuhannya paling rendah pendek dari jenis spesies yang lain, yaitu hanya sekitar 20-40 cm.
Dengan mengonsumsi bayam jenis ini, maka akan memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh (healthy body) karena bayam ini dapat memberi khasiat kepada kanak-kanak, yaitu untuk pertumbuhan tulang. Bagi ibu yang menyusui dapat memperlancar ASI dan orang yang mengidap demam panas. Selain itu, bayam juga dapat mengatasi gejala kurang darah, dan mereka yang menghadapi masalah ginjal. Bayam tua yang direbus dan diminum dapat memperbaiki kualitas penglihatan dan memperkuatkan fungsi hati. Selain itu, bayam kaya dengan zat mineral seperti kalsium, zat besi & kalium. Bayam cukup turut kaya dengan sumber vitamin C & Beta Karotena.





















DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2011. Amaranthaceae. http://en.wikipedia.org/wiki/Amaranthaceae .  Diakses pada tanggal 18 Maret 2011.
Anonim2. 2011.  Genus bayam. http://en.wikipedia.org/wiki/Genus .  Diakses pada tanggal 18 Maret 2011.
Anonim3. 2011.  Jenis-jenis bayam. http://en.wikipedia.org/wiki/jenis bayam .  Diakses pada tanggal 18 Maret 2011.
Estiti B. Hidayat. 2010. Morfologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM
Syamsiah. 2011. Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM



















Contoh Tabel Pembanding
No. Amaranthus gracilis Amaranthus hybridus Amaranthus tricolor Amaranthus spinosus Celosia argentea
1. bentuk daun lanset oval Oval oval oval
2. batang Lunak, putih Berbulu, Batang licin Berduri, Btng besar dan kuat, bercbng srta beralur
3. bunga bongkol bongkol Bunga aksilar, bulir bongkol Berbentk bulir, terminal
Kunci determinasi menuju species
5) A. Batang lunak, putih .....2
c. Batang berbulu.... Amaranthus hybridus
6) A. Bentuk daun lanset (amaranthus gracilis)
b. bentuk daun oval ....3
3. a. Bunga bulir, aksilar .....4
b. Bnga bulir ,terminal (celosia argentea)
4. a.batang licin (amaranthus tricolor)
b. batang berduri (amaranthus spinosus)



A. 1). a.Batang berbuluナ(2)
     b.Batang berduriナ(amaranthus)
2). a.Bunga berwarna unguナ(gomphrena)
     b.Bunga berwarna putih ナ(3)
3). a.Pinggiran daun rataナ(4)
     b.Daun berlekuk ナ(alternanthera)
4). a.Pinggiran daun berombakナ(Iresine)
     b.Daun tidak berlekukナ(Spinacia)

Jumat, 08 Maret 2013

SINKRONISASI ESTRUS


SINKRONISASI ESTRUS
LEARNING OBJECTIVE 
1. SINKRONISASI ESTRUS
2. TIMED ARTIFICIAL INSEMINATION
3. SEXING SPERMATOZOA

Sinkronisasi Estrus 
Suatu cara untuk mengatasi problema sulitnya deteksi berahi yaitu dengan cara penerapan teknis sinkronisasi birahi, baik dengan menggunakan sediaan Progesteron dan Prostaglandin (PGF2a). Dengan tehnik ini problema deteksi berahi dapat dieliminir, sehingga pelaksanaan inseminasi buatan dapat dioptimalisasi.

Penyerentakan berahi atau sinkronisasi estrus adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin (PGF2a) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Penggunaan teknik sinkronisasi berahi akan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan reproduksi kelompok ternak, serta mengoptimalisasi pelaksanaan inseminasi buatan, mengurangi waktu dan memudahkan observasi deteksi berahi, dapat menentukan jadwal kelahiran yang diharapkan, menurunkan usia pubertas pada sapi dara, penghematan dan efisiensi tenaga kerja inseminator karena dapat mengawinkan ternak pada suatu daerah pada saat yang bersamaan.

Kesuksesan program sinkronisasi membutuhkan pengetahuan mengenai siklus berahi. Hari ke-0 dari merupakan hari pertama estrus, pada saat ini biasanya perkawinan secara alami terjadi. Hormon estrogen mencapai puncaknya pada hari ke-1 dan kemudian menurun, level progesteron rendah karena Corpus Luteum (CL) belum terbentuk. Ovulasi terjadi 12-16 jam setelah akhir standing estrus. CL yang menghasilkan hormon progesteron terbentuk pada tempat ovulasi dan secara cepat mengalami pertumbuhan mulai dari hari ke-4 sampai ke-7, pertumbuhan ini diikuti dengan peningkatan level progesteron. Mulai hari ke-7 sampai ke-16, CL menghasilkan progesteron dalam level tinggi.

Selama periode ini, 1 atau 2 folikel mungkin menjadi besar, tetapi dalam waktu yang singkat akan mengalami regresi, kira-kira hari ke-16, prostaglandin dilepaskan dari uterus dan menyebabkan level progesteron menjadi turun. Ketika level progesteron menurun, level estrogen meningkat dan folikel baru mulai tumbuh, estrogen mencapai puncaknya pada hari ke-20, diikuti tingkah laku estrus pada hari ke-21. Pada saat ini siklus estrus kembali dimulai.

Proses sinkronisasi dengan menggunakan preparat prostaglandin (PGF2a) akan menyebabkan regresi CL akibat luteolitik, secara alami prostaglandin (PGF2a) dilepaskan oleh uterus hewan yang tidak bunting pada hari ke-16 sampai ke-18 siklus yang berfungsi untuk menghancurkan CL. Timbulnya berahi akibat pemberian PGF2a disebabkan lisisnya CL oleh kerja vasokontriksi PGF2a sehingga aliran darah menuju CL menurun secara drastis, akibatnya kadar progesteron yang dihasilkan CL dalam darah menurun, penurunan kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan FSH dan LH, kedua hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan ovulasi, sehingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel. Folikel-folikel tersebut akhirnya menghasilkan hormon estrogen yang mampu memanifestasikan gejala berahi. Kerja hormon estrogen adalah untuk meningkatkan sensitivitas organ kelamin betina yang ditandai dengan perubahan pada vulva dan keluarnya lendir transparan.

Prosedur Sinkronisasi Berahi Sinkronisasi berahi pada kerbau seperti pada sapi, paling umum menggunakan prostaglandin atau senyawa analognya. Dengan tersedianya prostaglandin di pasaran memungkinkan pelaksanaan sinkronisasi berahi di lapangan beberapa senyawa prostaglandin yang tersedia antara lain 1) Reprodin (Luprostiol, Bayer, dosis 15 mg), 2) Prosolvin (Luprostiol, Intervet, dosis 15 mg), 3) Estrumate (Cloprostenol, ICI, dosis 500 ?g) dan Lutalyse (Dinoprost, Up John, dosis 25 mg). Cara standar sinkronisasi berahi meliputi 2 kali penyuntikan prostaglandin dengan selang 10-12 hari. Berahi akan terjadi dalam waktu 72-96 jam setelah penyuntikan kedua.

Pelaksanaan inseminasi dilakukan 12 jam setelah kelihatan berahi, atau sekali pada 80 jam setelah penyuntikan kedua. Prosedur yang digunakan adalah: Ternak yang diketahui mempunyai corpus luteum (CL), dilakukan penyuntikan PGF2a satu kali. Berahi biasanya timbul 48 sampai 96 jam setelah penyuntikan. Apabila tanpa memperhatikan ada tidaknya CL, penyuntikan PGF2a dilakukan dua kali selang waktu 11-12 hari. Setelah itu dilakukan pengamatan timbul tidaknya berahi 36-72 jam setelah peyuntikan kedua. Pemberian PGF2£ analog dapat menyebabkan luteolisis melalui penyempitan vena ovarica yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam ovarium. Berkurangnya aliran darah ini menyebabkan regresi sel-sel luteal. Regresi sel-sel luteal menyebabkan produksi progesteron menurun menuju kadar basal mendekati nol nmol/lt, dimana saat-saat terjadinya gejala berahi. Regresi korpus luteum menyebabkan penurunan produksi progesteron (Husnurrizal. 2008).


Timed Artificial Insemination 
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.

Tujuan Inseminasi Buatan: 
" Memperbaiki mutu genetika ternak;
" Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
" Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
" Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
" Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB): 
" Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
" Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
" Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
" Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
" Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
" Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
" Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin (http://www.vet-klinik.com).
Waktu Optimal Inseminasi Pada Beberapa Hewan 
Spesies               Waktu ovulasi                                              Waktu optimal inseminasi 
Sapi                   29 jam setelah permulaan estrus                  Akhir estrus (12 jam setelah terlihat estrus     pertama kali)
Domba                Akhir estrus                                                 Akhir hari pertama atau awal hari kedua estrus 
Babi                    Akhir estrus                                                 Akhir hari pertama atau awal hari kedua estrus 
Kuda                  1-2 hari sebelum akhir estrus                         Setiap hari dimulai pada hari ketiga estrus 


Sexing Spermatozoa 
Pemisahan spermatozoa adalah upaya untuk mengubah perolehan spermatozoa yang berkromosom jenis X atau Y dengan metode tertentu, sehingga berubah dari proporsi normal (rasio alamiah), 50% : 50%. Beberapa hasil penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa rata-rata kandungan spermatozoa X dan Y dalam semen sapi adalah 49,5 dan 50,5%. Berbagai metode pemisahan spermatozoa X dan Y telah banyak dilakukan. Metode pemisahan tersebut antara lain yaitu sedimentasi, albumin column, sentrifugasi gradien densitas, elektroforesis, H-Y antigen, flow cytometry, dan filtrasi dengan sephadex column. Pemisahan spermatozoa dengan filtrasi sephadex column dapat menghasilkan spermatozoa X 70-75%. Metode pemisahan dengan menggunakan Sephadex G-200 pada lapisan bawah dapat menghasilkan spermatozoa X sebanyak 86%, sedangkan dengan sentrifugasi gradien densitas percoll menghasilkan spermatozoa X pada lapisan bawah sebanyak 89%. Di Amerika untuk menentukan spermatozoa X dan Y menggunakan flow cytometric guna memperoleh kromosom DNA X maupun kromosom DNA Y.

Seleksi jenis kelamin dengan menggunakan albumen (putih telur) merupakan metode yang mudah diaplikasikan di lapang. Selain mudah pelaksanaannya juga bahannya mudah diperoleh dan murah harganya. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemisahan kromosom X dan Y dengan menggunakan medium gradient putih telur pada imbangan tris buffer : semen = 1 : 0,5 menunjukkan hasil motilitas lebih dari 40% dan mampu bertahan hingga 6 hari pada suhu 5ᄚC dengan fraksi atas menunjukkan motilitas 53,75%. Penggunaan putih telur cukup efektif sebagai bahan pemisahan spermatozoa X dan Y dengan menghasilkan spermatozoa Y proporsi bawah sebesar 75,8 ᄆ 13%; demikian pula hasil pemisahan spermatozoa dengan menggunakan gradient putih telur yang di IB-kan pada sapi PO memperoleh kebuntingan 40%.

Sementara itu, penggunaan pengencer merupakan hal yang penting dalam pengemasan semen dalam bentuk straw maupun ampul beku. Diharapkan kualitas semen dan viabilitas spermatozoa selama proses pembekuan dapat dipertahankan. Penggunaan pengencer dimaksudkan untuk menjamin kebutuhan fisik dan kimia spermatozoa sehingga kualitas spermatozoa dapat dipertahankan khususnya pada kemampuan kapasitasi. Fungsi pengencer lainnya adalah untuk memperbesar volume semen sehingga setiap satu kali ejakulat dapat digunakan meng-IB ternak betina lebih banyak. Laporan lain menyatakan bahwa fungsi pengencer adalah: (1) memperbanyak volume semen; (2) melindungi spermatozoa dari cold shock; (3) menyediakan zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa; (4) menyediakan buffer untuk mempertahankan pH, tekanan osmotic dan keseimbangan elektrolit.

Penentuan spermatozoa X dan Y didasarkan pada ukuran kepala spermatozoa, dimana spermatozoa yang memiliki ukuran kepala lebih kecil dari rataan ukuran kepala, adalah spermatozoa Y. Rataan ukuran besar kepala spermatozoa pada fraksi atas lebih besar dibandingkan dengan fraksi bawah. Hasil pengukuran luas kepala spermatozoa setelah pengenceran dan sentrifugasi bahwa fraksi bawah yang diprediksikan sebagai spermatozoa Y (calon pedet jantan) menunjukan ukurannya lebih kecil 22,2 ᄆ 2,3 ?m daripada fraksi atas 28,7 ᄆ 2,7 ?m yang diprediksikan sebagai spermatozoa X (calon pedet betina); dengan tingkat kesesuaian semen cair fraksi bawah spermatozoa X sebesar 46% dan Y sebesar 54% (calon pedet jantan); sedangkan tingkat kesesuaian fraksi atas spermatozoa X sebesar 58% dan Y sebesar 42% (calon pedet betina). Penggunaan putih telur cukup efektif sebagai bahan pemisahan spermatozoa X dan Y dengan menghasilkan spermatozoa Y proporsi bawah sebesar 75,8 ᄆ 13%.

Metode sexing dengan menggunakan putih telur merupakan metode yang didasarkan atas perbedaan motilitas spermatozoa X dan Y yang disebabkan oleh perbedaan massa dan ukurannya. Ukuran spermatozoa Y lebih kecil sehingga bergerak lebih cepat atau mempunyai daya penetrasi yang lebih tinggi untuk memasuki suatu larutan. Spermatozoa Y akan bergerak ke bawah sedangkan spermatozoa X tetap berada di lapisan atas (Pratiwi., et all. 2006).


DAFTAR PUSTAKA 

Husnurrizal. 2008. Sinkronisasi birahi dengan preparat hormon prostaglandin (pgf2a). Lab. Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. (http://www.foxitsoftware.com).

Anonim., 2008. Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Suntik. http://www.vet-klinik.com powered. 5 january, 2009, 12:52

Pratiwi., W. C. Pamungkas. Affandhy., & Hartati. 2006. Evaluasi Kualitas Spermatozoa Hasil Sexing Pada Kemasan Straw Dingin Yang Disimpan Pada Suhu 5ᄚC Selama 7 Hari. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.